Senin, 25 Januari 2010

PERSIJA bungkam PERSISAM

Macan Kemayoran kembali menuai poin penuh dalam laga bertajuk Derby Orange pada Minggu (24/1) di stadion Gelora Bung Karno, menundukkan Elang Borneo Persisam Putra Samarinda dengan skor tipis 1-0, Persija membuktikan sebagai Orange sesungguhnya dihadapan puluhan ribu orang oren.

M.Ilham menjadi pahlawan kemenangan tim ibukota itu setelah berhasil memanfaatkan kesalahan kiper Wawan Hendrawan yang gagal menangkap sepakan dari striker Persija Bambang Pamungkas.

Pada sesi konferensi pers setelah pertandingan Persija - Persisam yang dihadiri oleh Crew JO ternyata hanya dihadiri oleh pelatih Persisam Aji santoso dan pelatih Persija Maman suryaman, sesi konfrensi pers yang hanya berlangsung 15 menit itu diawali oleh pelatih Persisam yang menyatakan tidak terlalu kecewa karena target mereka adalah merebut poin di kandang nanti saat Persija bermain di Samarinda, “kami kurang tenang hingga tidak mampu memafaatkan peluang kami mencetak gol ditambah kekuatan kami berkurang setelah robby ditarik karena cedera yang mengakibatkan lini belakang menjadi kurang baik dalam bertahan” demikian ujar Aji Santoso.

Sedangkan pelatih Persija Maman Suryaman mengatakan mengaku cukup lumayan puas dengan kemenangan ini karena diraih dari perlawanan yang cukup sengit dari kubu Persisam, Secara keseluruhan Maman menilai permainan persija kali ini jauh lebih kompak dari pertandingan sebelum-sebelumnya sambil mengatakan ada kepuasan lain di setiap pertandingan yang kami jalankan, “Permainan kami sekarang semakin baik, pada babak pertama kami kurang tenang, beruntung Ilham bisa mencetak gol untuk memecah kebuntuan sedangkan pada babak kedua persisam menambah kekuatan mereka dengan memasukkan striker mereka Pipat yang menyebabkan kami cukup kerepotan dengan serangan-serangan mereka yang cukup bergelombang” demikian ujar Maman, selanjutnya Maman mengatakan target tim Persija pada akhir putaran pertama ini adalah menembus papan atas yang bisa direalisasikan jika kami mampu memenangkan seluruh tiga laga sisa di putaran pertama ini sekaligus menyudahi sesi konfrensi pers tersebut.

Selengkapnya...

Selasa, 19 Januari 2010

Banner Next Match

Selengkapnya...

Kendala Perizinan

"Kendala perizinan" adalah dua kata yang menjadi “momok” seluruh supporter Indonesia, tidak terkecuali The Jakmania. Kendala perizinan seringkali disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya “pesta politik”. Ibukota negara, DKI Jakarta adalah salah satu kota yang paling sering terkena imbasnya namun hal itu mungkin dapat dimaklumi jika kita melihat status Jakarta sendiri yang merupakan Ibukota Negara yang mendapat sorotan penuh baik nasional maupun dunia internasional khususnya geliat politik yang ada di Ibukota negara, DKI Jakarta. Namun apa jadinya jika “pesta politik” di Ibukota negara telah usai namun kendala perizinan masih berlanjut, tentu yang terbesit di kepala kita adalah pertanyaan ada apa lagi? dan jawaban yang paling sering di dapat adalah “keamanan lokal”. Keamanan lokal merupakan sebuah tugas dari kepolisian pasca berpisah dari TNI tetapi apa jadinya jika jawaban “keamanan” tersebut bertolak dari masa lalu, tentu yang menjadi korbannya adalah kesempatan tetapi kesempatan seperti apa?

Jak, ada kau dengar baiklah. Kesempatan itu adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Kesemptan memperbaiki diri salah satunya adalah upaya untuk memperbaiki anggapan umum yang jatuh dari masyarakat kepada seorang individu, kelompok maupun organisasi, termasuk The Jak yang tergabung dalam organisasi The Jakmania maupun The Jak yang tidak tergabung (secara individu). Terbesit dalam pikiran saya apakah kesempatan untuk memperbaiki diri dari anggapan umum adalah suatu yang “Tabu” khususnya di ibukota negara atau memperbaiki diri dari anggapan umum adalah mutlak tidak bisa diperbaiki di ibukota negara.

Jika hal yang demikian memang benar nyatanya yang sedang terjadi, Amboyy…, sungguh hidup manusia tidak mempunyai kesempatan, Hei.. bukankah setiap manusia secara individu, kelompok maupun oraganisasi sama di hadapan hukum dan layak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki dirinya dari anggapan umum dalam kehidupan bernegara, termasuk di ibukota negra maupun lingkup yang lebih kecil seperti sepakbola.

Mari kita berkaca pada peristiwa Mei (1998) siapa yang diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dari anggapan umum. Ya salah satunya adalah institusi kepolisian dan pemerintah (baik lokal maunpun nasional) lalu siapa yang memberikan kesempatan itu, yang memberikan kesempatan itu adalah seluruh WNI, termasuk pencinta sepakbola, tidak terkecuali. Tahun-tahun pun berlanjut, sekarang ketika negara ini sedang di mabuk demokrasi, dan anggapan umum sedang gencar-gencarnya akibat kemajuan komunikasi, tiba-tiba kita dihadapkan kepada situasi seolah-olah “terbalik”, anggapan umum seolah-olah harus terbentur “surat sakti” pintu institusi yang dahulu justru kita berikan kesempatan untuk memperbaiki diri dari anggapan umum. Jika hal yang demikian terjadi tentu anggapan umum yang ada pada masayarakat akan tetap bertolak pada dosa masa lalu kita dan “diamnesiakan” pada masa depan kita.

Janganlah menggeneralisasi supporter sepak bola kedalam suatu kesimpulan yang sempit terlebih hal itu berdasar pada dosa masa lalu atau dosa beberapa supporter. Jika hal tersebut dilakukan maka yang terjadi adalah matinya hak kemanusiaan seseorang, kelompok maupun organisasi untuk memberbaiki citranya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara luas.

Dahulu dalam ilmu sosiologi diajarkan oleh saya bahwa dalam kehidupan sosial termasuk bernegara akan ada Reward and Punishment. Reward (penghargaan) diberikan jika kita melakukan hal yang terbaik bagi lingkungan sosial dan Punishment (hukuman mutlak) adalah langkah terakhir jika kita melakukan hal yang buruk bagi lingkungan sosial, lalu dimana letak “kendala perizinan” yang berdasar pada phobia masa depan itu?. Secara langsung itu terletak pada Punishment, mengapa?, karena dengan tidak memberikan izin dalam menyaksikan pertandingan sepakbola berarti usaha seorang individu, kelompok maupun organisasi untuk memperbaiki dirinya dari anggapan umum secara langsung dicabut, padahal usaha tersebut bertujuan untuk mendapatkan reward dari lingkungan sosial guna mendapatkan anggapan umum yang lebih baik dan langkah memperbaiki diri untuk menatap masa depan yang lebih baik dan bagaimana bisa dilakukan jika ketika usaha tersebut akan dilakukan tiba-tiba telah diberikan punishment akibat phobia masa lalu tanpa menoleh masa depan.

Tapi patut diingat kita tidak akan mundur selangkah pun. Kita tidak akan mundur satu sentimeter pun akibat punishment yang diberikan oleh salah satu institusi itu. Kita akan menyingkirkan luapan emosi akibat “kendala perizinan” tersebut dengan sebuah tindakan yang lebih agung lagi tempatnya. Tindakan yang Lebih agung itu yaitu bertindak lebih arif dibanding “orang-orang” yang mengatakan bahwa dirinya bersifat “arif”, Bagaimana caranya?, caranya adalah dengan melakukan hal-hal yang bersifat mendidik dan positif yang nyata amat banyak, dapat dikerasikan dan bisa dicontoh oleh semua pihak termasuk bangsa Indonesia.
Dengan melakukan hal yang positif demikian itu kita sudah sebaik-baiknya melawan dibandingkan orang-orang yang mengatakan dirinya lebih ”arif” daripada kita. Dibandingkan melakukan tindakan yang Vandalis, Anarkis, atau yang lebih tidak beradab lagi yaitu Rasisime karena tindakan-tindakan seperti itu hanyalah tindakan manusia yang berjiwa kriminal dan akan menambah anggapan buruk dari umum.




Salam Jempol Telunjuk.

Long Live Persija



Just Make A Good Supporter
No Vandalis, No Anarkis, and No Rasisime
Selengkapnya...

Persija Jakarta
Persija Jakarta

Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga di Liga Super Indonesia.

Persija didirikan pada 28 November 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930.

Klub ini mendapatkan perhatian yang besar dari Gubernur Jakarta, Sutiyoso, yang merupakan Pembina Persija. Kelompok pendukungnya bernama The Jakmania.

Pelatih klub untuk musim 2008 lalu adalah Danurwindo. Sementara, pelatih klub untuk musim 2007 adalah Sergei Dubrovin dengan Isman Jasulmei sebagai asisten pelatih. Saat ini Persija Jakarta dilatih oleh Maman Suryaman dengan Benny Dollo sebagai Direktur Teknik.

Dalam keikutsertaan Persija di Liga Indonesia mereka baru sekali mencatatkan diri sebagai Juara Liga Indonesia dan hal tersebut mereka raih pada musim kompetisi tahun 2001.

Dan pada musim kompetisi 2009 mereka bermarkas di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

DATA KLUB:

Nama lengkap : Persatuan Sepak bola Indonesia Jakarta

Julukan : Macan Kemayoran

Didirikan : 28 November 1928

Stadion : Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia (Kapasitas: 88.083)

Kostum: Orange-Hitam (kandang), Putih-Orange (tandang)

Direktur utama : Benny Erwin

Ketua Umum : Fauzi Bowo

Manajer : Haryanto Badjoeri

Pelatih : Maman Suryaman


SKUAD MUSIM 2009-2010:

Kiper:

1 Rony Prasnanto

22 Frenky Irawan

31 M. Yasir

Bek:

3 Elvis Nelson

4 Abanda Herman

23 Leo Saputra

6 Baihakki Khaizan

32 Leonard Tupamahu

80 Aris Indarto

14 Ismed Sofyan

21 Erick Setiawan

17 Harry Salisburi


Gelandang:

16 Windu Hanggoro

7 Ramdani Lestaluhu

8 Salim Alydrus

9 Fachruddin Mustafic

11 Agus Indra

24 Heru Nerli

27 Richard Ceceres

81 M. Ilham

Penyerang:

15 Aliyudin

20 Bambang Pamungkas

29 T.A. Musyafry

PRESTASI:

1 kali juara Liga Indonesia (2001/02)

1 kali Runner-Up Copa Indonesia (2005)
Selengkapnya...

  © Blogger template Brooklyn by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP